Januari 10, 2014

Banyak orang tua mengeluhkan anak-anaknya yang memiliki emosi tidak stabil. Tidak ada hari tanpa tangisan, teriakan, kemarahan yang dilakukan anak. Mereka tidak tahan dan merasa terganggu, bahkan stress.

Sebenarnya orang tua harus bersyukur bila memiliki anak-anak yang memiliki kemampuan mengekspresikan emosinya, karena ada juga anak-anak yang mengalami kesulitan melakukan hal tersebut. Bukankah wajar bila anak menangis karena sedih atau sakit?

“Anak saya sudah mau kuliah tapi masih suka ngambek dan uring-uringan. Nggak ada angin dan hujan tiba-tiba nangis dan marah-marah…”

Bila sampai usia dewasa seseorang kesulitan ‘menangani’ emosinya sendiri, berarti dia memang kurang berlatih menangani emosinya sejak kecil.

“Waktu masih kecil dia anak yang pendiam dan penurut. Jarang sekali menangis dan merajuk.”

Ada beberapa kemungkinan seorang anak kecil jarang menampakkan emosi waktu masih kecil : tidak tahu caranya, sering dilarang, atau sering diabaikan. Mungkin dia pernah menampakkan emosi tapi langsung dimarahi, maka si anak membuat suatu kesimpulan bahwa menampakkan emosi itu terlarang. Padahal tidak ada seorangpun, usia berapa pun, yang bisa menghindari emosi sebagai reaksi kondisi ataupun  situasi dari dalam dan luar dirinya. Wajar khan bila seorang anak emosi karena gerah disebabkan udara yang panas?

Bila seorang anak sejak kecil terbiasa diabaikan dan dilarang mengekspresikan emosinya, sehingga dia tidak pernah terlatih mengenali dan menangani emosinya sendiri, maka tidak perlu kaget bila saat dewasa dia mengalami kesulitan mengendalikan emosinya.

Ayah-bunda yang bahagia dan baik akan memosisikan diri sebagai pelatih emosi bagi anak-anaknya.


Tema Ayah-bunda bahagia sebagai pelatih emosi akan terus berlanjut di blog ini. Silakan ikuti dan bertanya di kolom komentar atau email ke ayahbundabahagia@gmail.com

0 komentar:

Posting Komentar