Banyak orang tua mengeluhkan anak-anaknya yang memiliki
emosi tidak stabil. Tidak ada hari tanpa tangisan, teriakan, kemarahan yang
dilakukan anak. Mereka tidak tahan dan merasa terganggu, bahkan stress.
Sebenarnya orang tua harus bersyukur bila memiliki anak-anak
yang memiliki kemampuan mengekspresikan emosinya, karena ada juga anak-anak
yang mengalami kesulitan melakukan hal tersebut. Bukankah wajar bila anak
menangis karena sedih atau sakit?
“Anak saya sudah mau kuliah tapi masih suka ngambek dan
uring-uringan. Nggak ada angin dan hujan tiba-tiba nangis dan marah-marah…”
Bila sampai usia dewasa seseorang kesulitan ‘menangani’
emosinya sendiri, berarti dia memang kurang berlatih menangani emosinya sejak
kecil.
“Waktu masih kecil dia anak yang pendiam dan penurut. Jarang
sekali menangis dan merajuk.”
Ada beberapa kemungkinan seorang anak kecil jarang
menampakkan emosi waktu masih kecil : tidak tahu caranya, sering dilarang, atau
sering diabaikan. Mungkin dia pernah menampakkan emosi tapi langsung dimarahi,
maka si anak membuat suatu kesimpulan bahwa menampakkan emosi itu terlarang.
Padahal tidak ada seorangpun, usia berapa pun, yang bisa menghindari emosi
sebagai reaksi kondisi ataupun situasi
dari dalam dan luar dirinya. Wajar khan bila seorang anak emosi karena gerah
disebabkan udara yang panas?
Bila seorang anak sejak kecil terbiasa diabaikan dan
dilarang mengekspresikan emosinya, sehingga dia tidak pernah terlatih mengenali
dan menangani emosinya sendiri, maka tidak perlu kaget bila saat dewasa dia
mengalami kesulitan mengendalikan emosinya.
Ayah-bunda yang bahagia dan baik akan memosisikan diri
sebagai pelatih emosi bagi anak-anaknya.
Tema Ayah-bunda bahagia sebagai pelatih emosi akan terus
berlanjut di blog ini. Silakan ikuti dan bertanya di kolom komentar atau email
ke ayahbundabahagia@gmail.com
0 komentar:
Posting Komentar