Satu emosi negatif yang wajar dialami semua orang adalah
kekecewaan. Emosi ini juga salah satu yang sudah dialami setiap orang sejak
usia dini. Seorang bayi harus kecewa karena sang ibu terlambat mengganti
popoknya yang basah. Seorang balita sering kecewa karena harus tidur saat masih
ingin bermain.
Kekecewaan dialami oleh semua orang, dan gagal ditangani
oleh banyak orang. Banyak orang dewasa yang mengalami sakit pikiran berat yang
dipicu kekecewaan yang berlarut-larut. Mereka tidak mampu menangani kekecewaan
sebagai reaksi dari kondisi eksternal. Kekecewaan yang tidak ditangani dengan
baik, berlarut-larut, bertumpuk, akan menjadi bibit penyakit mental yang berat.
Padahal semua orang tidak akan mungkin menghindari
kekecewaan. Semua orang punya harapan, dan dunia nyata tidak mungkin sesuai
dengan harapan semua orang. Tidak ada seorang pun yang selalu mendapatkan
persis seperti yang diinginkan, dan itu dialami sejak usia dini.
Sikap orang tua dalam menangani ekspresi kekecewaan
anak-anaknya sangat berpengaruh terhadap kemampuan anak-anaknya tersebut dalam
menghadapi dan menangani kekecewaannya sendiri. Orang tualah yang
bertanggungjawab melatih anak-anaknya menghadapi kekecewaan dan bisa kembali
bahagia melanjutkan hidup, sedini mungkin.
“Ah biarlah dia menangis, dia harus belajar menghadapi
kenyataan yang tidak selalu sesuai keinginan”
Ayah-bunda bahagia harus ingat bahwa anak-anak tersayang
masih sangat muda, masih belum punya kemampuan untuk mencari solusi. Membiarkan
dengan kekecewaan seperti itu bisa membuatnya menganggap bahwa mengekspresikan
kekecewaan tidak berguna karena tidak ada yang akan menghiraukan dan membantunya.
Sang anak akan terbiasa dan selalu memendam sendiri kekecewaannya. Apa yang
terjadi bila kekecewaan itu semakin banyak terpendam?
Ada juga orang tua yang bersikap lebih ekstrim, yaitu
memarahi anak-anaknya bila menampakkan emosi kekecewaan. Dampaknya hampir sama,
sang anak akan menganggap bahwa menampakkan ekspresi kekecewaan adalah
perbuatan tabu yang terlarang. Mereka tidak akan lagi menampakkan emosi karena kecewa, tapi mungkinkah mereka tidak pernah lagi mengalami kekecewaan?
Hampir setiap hari kita berpotensi mengalami kekecewaan.
Orang-orang yang memiliki kecerdasan emosi mampu menghadapinya dan segera
melangkah mencari solusi. Ayah-bunda bahagia pasti mengharapkan anak-anak
tersayang menjadi orang-orang yang memiliki kecerdasan emosi, yang mampu
menghadapi dan menangani kekecewaan.
Bila merasa ada yang tidak tuntas dalam tulisan ini
berbahagialah, karena Anda adalah Ayah/Bunda bahagia yang siap menjadi pelatih
emosi anak-anak tersayang. Ikuti terus blog ini dan silakan bertanya lewat blog
atau email ke ayahbundabahagia@gmail.com.
0 komentar:
Posting Komentar