Januari 15, 2014

Satu emosi negatif yang wajar dialami semua orang adalah kekecewaan. Emosi ini juga salah satu yang sudah dialami setiap orang sejak usia dini. Seorang bayi harus kecewa karena sang ibu terlambat mengganti popoknya yang basah. Seorang balita sering kecewa karena harus tidur saat masih ingin bermain.

Kekecewaan dialami oleh semua orang, dan gagal ditangani oleh banyak orang. Banyak orang dewasa yang mengalami sakit pikiran berat yang dipicu kekecewaan yang berlarut-larut. Mereka tidak mampu menangani kekecewaan sebagai reaksi dari kondisi eksternal. Kekecewaan yang tidak ditangani dengan baik, berlarut-larut, bertumpuk, akan menjadi bibit penyakit mental yang berat.

Padahal semua orang tidak akan mungkin menghindari kekecewaan. Semua orang punya harapan, dan dunia nyata tidak mungkin sesuai dengan harapan semua orang. Tidak ada seorang pun yang selalu mendapatkan persis seperti yang diinginkan, dan itu dialami sejak usia dini.

Sikap orang tua dalam menangani ekspresi kekecewaan anak-anaknya sangat berpengaruh terhadap kemampuan anak-anaknya tersebut dalam menghadapi dan menangani kekecewaannya sendiri. Orang tualah yang bertanggungjawab melatih anak-anaknya menghadapi kekecewaan dan bisa kembali bahagia melanjutkan hidup, sedini mungkin.

“Ah biarlah dia menangis, dia harus belajar menghadapi kenyataan yang tidak selalu  sesuai keinginan”

Ayah-bunda bahagia harus ingat bahwa anak-anak tersayang masih sangat muda, masih belum punya kemampuan untuk mencari solusi. Membiarkan dengan kekecewaan seperti itu bisa membuatnya menganggap bahwa mengekspresikan kekecewaan tidak berguna karena tidak ada yang akan menghiraukan dan membantunya. Sang anak akan terbiasa dan selalu memendam sendiri kekecewaannya. Apa yang terjadi bila kekecewaan itu semakin banyak terpendam?

Ada juga orang tua yang bersikap lebih ekstrim, yaitu memarahi anak-anaknya bila menampakkan emosi kekecewaan. Dampaknya hampir sama, sang anak akan menganggap bahwa menampakkan ekspresi kekecewaan adalah perbuatan tabu yang terlarang. Mereka tidak akan lagi menampakkan emosi karena kecewa, tapi mungkinkah mereka tidak pernah lagi mengalami kekecewaan?

Hampir setiap hari kita berpotensi mengalami kekecewaan. Orang-orang yang memiliki kecerdasan emosi mampu menghadapinya dan segera melangkah mencari solusi. Ayah-bunda bahagia pasti mengharapkan anak-anak tersayang menjadi orang-orang yang memiliki kecerdasan emosi, yang mampu menghadapi dan menangani kekecewaan.



Bila merasa ada yang tidak tuntas dalam tulisan ini berbahagialah, karena Anda adalah Ayah/Bunda bahagia yang siap menjadi pelatih emosi anak-anak tersayang. Ikuti terus blog ini dan silakan bertanya lewat blog atau email ke ayahbundabahagia@gmail.com.

0 komentar:

Posting Komentar