Sebagai
orang tua yang baik ayah-bunda bahagia sadar bahwa tidak ada orang tua super
yang bisa selalu tersenyum dan selalu terhindar dari kesedihan maupun
kemarahan. Ayah-bunda bahagia tidak mau berpura-pura bahagia dan menutupi
perasaan yang sesungguhnya, karena itu bukanlah contoh yang baik bagi
anak-anak.
Berulang
kali disampaikan, dan semua orang tua sepakat, bahwa pendidikan paling efektif
adalah melalui contoh atau teladan. Setiap saat anak-anak melihat sikap
perilaku orang tuanya dan mereka adalah peniru yang sangat mahir, termasuk
bagaimana orang tua menangani emosi.
Bila
anak tidak pernah melihat orang tuanya emosi, maka anak juga tidak tahu
bagaimana menangani emosi karena tidak punya contoh yang bisa ditiru. Bila
orang tua selalu bersikap pura-pura untuk menutupi emosi yang sebenarnya, maka
anak akan menirunya.
Saat
emosi kemarahan muncul, orang tua sebaiknya mengekspresikannya dengan menghindari
tindakan yang mengakibatkan ‘kerusakan’ seperti memukul atau mengumpat.
Tampakkan kemarahan dengan ekspresi wajah, yang tidak menakutkan tapi
mengesankan ketegasan, dan secara verbal dengan menyampaikan apa yang
menyebabkan kemarahan tersebut.
Bila
kemarahan begitu besar sehingga khawatir gagal mengendalikan diri dan
berpotensi muncul sikap yang merusak, maka sebaiknya orang tua ‘mundur’ dan
istirahat dulu. Orang tua bisa ‘kembali’ saat kemarahannya agak reda. Sikap ‘mundur’
dan istirahat dulu ini juga jadi contoh
nyata bagi anak bagaimana bersikap saat marah.
Banyak
orang tua yang berusaha sekuat tenaga menghindari kemarahan kepada anak,
ironisnya gagal mengendalikan kemarahan kepada pasangannya, padahal semuanya
diperhatikan oleh sang anak. Kebanyakan orang tua yang tidak mau menampakkan
emosi kemarahan di depan anak, justru sering marah meluap-luap kepada
pasangannya.
Orang
tua adalah manusia biasa yang memiliki emosi. Emosi yang ditutupi, ditahan,
tanpa berusaha menyelesaikan masalah yang menjadi penyebabnya akan tertimbun di
pikiran dan pasti ‘meledak’ suatu saat. Selain bukanlah contoh yang baik bagi
anak, dampak kerusakan yang disebabkan ‘ledakan’ emosi yang tertimbun sangat
merugikan anak maupun orang tua itu sendiri.
Ayah-bunda
bahagia yang menjadi pelatih emosi anak-anaknya selalu mampu memberikan contoh
nyata bagaimana mengekspresikan emosi yang terkendali, tidak berusaha menutupi
dengan sikap pura-pura seakan-akan semuanya selalu baik-baik saja.
0 komentar:
Posting Komentar